Dua bencana pesawat dalam waktu dekat menimbulkan kematian cukup banyak korban.
Terjadinya kejadian, terbukti pesawat Azerbaijan Airlines J-824 yang sedang dalam perjalanan dari Baku, Azerbaijan menuju Grozny, Rusia, sempat mengalami kecelakaan dan kemudian meledak saat akan mendarat di dekat Kota Aktau, Kazakhstan, pada tanggal 25 November 2024.
Sebagai akibat dari kejadian tersebut, 38 orang meninggal dunia dan 29 orang berhasil selamat, namun masih harus dirawat di rumah sakit.
empat hari kemudian, pada Minggu (29/12/2024), pesawat Jeju Air 7C2216 gagal mendarat dengan aman dan mengenai tembok pembatas sehingga meledak di Bandara Muan, Jeolla Selatan, Korea Selatan.
Antara 181 orang yang ada di pesawat terduga, 179 orang teridentifikasi tewas dan dua orang selamat.
Korban yang selamat dalam kecelakaan pesawat Jeju Air dan Azerbaijan Airlines dikatakan duduk di bagian belakang pesawat tersebut.
Apakah bagian belakang pesawat waktu hati-hati saat berkendara pesawat?
Baca juga:
Posisi tempat duduk yang paling aman di dalam pesawat api bisa diketahui dengan beberapa cara. Menurut beberapa laporan serta sumber dari pesawat api, beberapa saran untuk memilih tempat duduk yang lebih aman adalah sebagai berikut:
1. “Tempat duduk dekat mesin penggerak (engine)”
2. “Jauhi tempat duduk yang terletak di dekat pintu ambil masuk dan pintu kecil (overwing exit)”
3. “Pilih tempat duduk yang terletak di tengah”
Namun, penyebab utama terjadinya kecelakaan dalam penerbangan bukanlah tempat duduk pesawat itu sendiri, melainkan faktor lain yang menyebabkan tekhnis atau insiden pada awal insiden seperti logika, komunikasi, atau masalah hardware pada sistem pesawat.
Kepala Asosiasi Pengguna Jasa Penerbangan Indonesia (APJAP), Alvin Lie, mengkonfirmasi, bahwa kursi di bagian belakang pesawat lebih aman daripada tempat duduk di tengah atau depan.
Karena itu, bagian depan pesawat dibuat lebih berat demi keamanan penerbangan.
, Jumat (27/12/2024).
Ketika terjadi kecelakaan pesawat, biasanya bagian depan lebih dahulu mengenai permukaan sehingga kerusakan yang dialami juga lebih parah.
Atau kotak hitam ini ditempatkan di belakang pesawat, tepatnya di bagian ekor.
Baca juga:
Alvin melanjutkan, petugas perbaikan mesin Amerika pada tahun 2007 juga pernah menganalisis kecelakaan penerbangan komersial di Amerika Serikat antara tahun 1971 dan 2007.
Analisis yang telah dilakukan menunjukkan bahwa kemungkinan jarang menemui korban di ketinggian tersebut dari penumpang yang duduk di belakang pesawat. Jika klarifikasi adalah 69 tetap saja , sisi tengah 56 dan di depan 49 %.
Pada tahun 2015, fenomena yang sama juga terlihat.
Angkakan penumpang yang duduk di belakang biasanya memiliki tingkat kematian yang lebih rendah, sekitar 32 persen, dibandingkan dengan mereka yang duduk di tengah, yaitu 39 persen, dan di bagian depan 38 persen.
“Itu signifikan karena tidak ada pemisahan yang terlalu jelas antara engsel depan dan tengah. Junamannya antara kedua sulur sekitar sama. Tapi sepertinya bagian belakang menempatkanmu sedikit lebih aman. Tentu saja, semakin besarnya jerat yang terdapat dari kejadian tersebut masih sangat bergantung lokasinya,” ujar Alvin.
Baca juga:
Ikuti instruksi awak kabin
yang selalu dilakukan oleh stewar pesawat sebelum pesawat lepas landas
Kemudian, tersedia untuk memikirkan lokasi pintu darurat dari masing-masing kursi.
“Kita perlu menghitung jarak antara tempat duduk kita dengan pintu darurat, mundur atau maju berapa baris. Hal ini akan sangat membantu jika nanti ada situasi darurat dan membutuhkan evakuasi,” katanya.
Yang ada terletak di kursi pesawat.
Berikut adalah langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam kondisi darurat, termasuk ketika pesawat harus mendarat di laut.
Pada saat terjadi kesaingan, selalu pakai sabuk pengaman supaya tidak terlempar dan menghindari cedera.
Baca juga:
Pesawat moda transportasi yang terjamin keselamatannya
Alvin menambahkan, masyarakat tidak perlu takut untuk naik pesawat karena penerbangan adalah moda transportasi yang sangat aman, bahkan bisa dikatakan merupakan moda transportasi yang kedua paling aman di dunia.
Fakta tersebut disokong data statistik keselamatan penerbangan yang didokumentasikan oleh International Air Transport Association (IATA).
Angka kecelakaan penerbangan global pada tahun 2023 adalah 0,80 per juta penerbangan atau satu kecelakaan setiap 1,26 juta penerbangan.
Angka ini lebih rendah dari tahun 2022 yang mencapai 1,30 per juta penerbangan, era dimana ada satu kecelakaan setiap 0,77 juta penerbangan.
Data pada tahun 2023 juga menempuh rekor teratas sejak tahun 2019 dengan kecelakaan segala jenis terjadi di setiap 880.293 penerbangan.
Angka kematian akibat kecelakaan udara berkurang lebihlanjut pada tahun 2023 menjadi 0,03 dari 0,11 pada tahun 2022 dan 0,11 selama lima tahun terakhir.
“Pada tingkat keselamatan penerbangan saat ini, rata-rata seseorang harus melakukan perjalanan udara selama 103.239 tahun untuk mengalami kecelakaan fatal,” kata Alvin.
Baca juga: