– Dua orang anggota astronaut NASA, Suni Williams dan Butch Wilmore akhirnya kembali dengan selamat ke bumi setelah menghabiskan waktu 9 bulan di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS).
Mereka mendarat dengan kapsul SpaceX Crew Dragon di perairan dekat Florida pada hari Selasa, tanggal 18 Maret 2025 pukul 17:57 waktu lokal.
Setelah mendarat, kedua mereka sempat menghadirkan senyuman dan melambai dengan tangan ketika keluar dari kapsul.
Seperti dikenal, Williams dan Wilmore datang ke ISS pertama kalinya pada Juni 2024 untuk tujuan misi yang direncanakan akan berjalan selama delapan hari.
Akan tetapi, mereka harus bertahan di lokasi tersebut selama 9 bulan karena kapsul Boeing Starliner yang mereka tumpangi mengalami kebocoran helium serta adanya masalah pada sistem penggeraknya.
Walaupun pada akhirnya dapat kembali ke Bumi, mereka mungkin akan menghadapi sejumlah tantangan kesehatan dan perlu beradaptasi dengan taruhan gravitasi di planet ini untuk sementara waktu.
Maka, apakah sajakah risiko kesehatan yang bisa dihadapi oleh Suni Williams dan Butch Wilmore?
Keropos tulang dan otot
Berdasarkan informasi dari NASA, massa tulang meningkat hingga 1% tiap bulan ketika berada di ruang angkasa. Terlebih pada bagian tulang kaki, pinggul, serta tulang punggung seperti yang dinyatakan dalam pelaporan tersebut.
Today
, Rabu (19/3/2025).
Ini terjadi karena di ruang angkasa, otot-otot kurang banyak dipakai jadi bisa mengecil dan melemah akibat atrofi.
Keadaan itu dapat memicu fraktur, osteoporosis, serta gangguan kesehatan lain ketika para astronot kembali ke permukaan bumi.
Oleh karena itu, astronot perlu melakukan olahraga setiap harinya di ruang angkasa sekitar dua jam yang meliputi aktivitas cardio dan daya tahan guna mempertahankan kekuatan tulang serta otot mereka. Walaupun demikian, efek dari kondisi tersebut masih dapat dirasakan saat mereka kembali ke bumi.
“Betapa mengejutkannya ketika jasad kembali ke Bumi. Segalanya tiba-tiba menjadi begitu berat. Kamilah yang harus membutuhkan waktu lama untuk bisa lagi merasakan pengaruh gravitasi,” ungkap mantan astronot NASA, Peggy Whitson.
Tinggi berubah
Whitson menyatakan bahwa para astronot mengalami peningkatan tinggi ketika berada di ruang angkasa. Ini terjadi karena kurangnya gravitasi yang membuat tulang punggung mereka menjadi lebih lentur dan memanjang.
Dia menyatakan bahwa dirinya meningkat setinggi satu inci sementara mantan astronot NASA Scott Kelly menjadikan tubuhnya dua inci lebih tinggi.
Akan tetapi, setelah kembali ke Bumi, cakram tulang belakangnya kembali menciut dan membuat Whitson menyebut bahwa ia pernah merasakan nyeri punggung yang cukup parah.
Serupa dengan itu, mantan astronot NASA, Frank Rubio, yang telah menetap selama 371 hari di ISS, pun menyampaikan bahwa ia merasakan sakit pada area punggong bawah ketika kembali ke Bumi.
“Setelah lama bermalas-malasan di lingkungan tanpa gravitasi, tulang punggung menjadi kurang biasa untuk mendukung posisi tubuh yang baik,” kata Rubio.
Masalah penglihatan
Kemungkinan risiko kesehatan lain yang dapat dihadapi oleh Suni Williams dan Butch Wilmore adalah gangguan pada penglihatannya mereka.
NASA menyebutkan bahwa mata dan struktur otak para astronot akan berubah saat mereka berada di luar atmosfer Bumi akibat tidak adanya gaya gravitasi.
Liquida di dalam tubuh bergerak menuju bagian atas kepala yang bisa menimbulkan tekanan pada mata dan mengganggu kemampuan melihat.
Keadaan tersebut disebut sindrom neuro-okuler. Perubahannya mencakup adanya bengkak di saraf optik, kerutan pada retina, permukaan belakang mata berbentuk datar, serta gangguan visi yang memburam.
“Sebagian modifikasi mungkin bersifat tetap untuk beberapa astronot,” demikian kata NASA.
Kaki bayi
Kaki dibuat agar bisa memikul berat badan di muka bumi, oleh karena itu lapisan paling bawah memiliki ketebalan yang tinggi dan tekstur yang keras.
Akan tetapi, karena astronot bebas bergerak di ruang angkasa, kakinya kurang banyak menyangga bobot badan sehingga telapak kakinya menjadi lemah. Bahkan, callus pada kaki dapat menghilang.
“Pada intinya, Anda kehilangan lapisan kulit yang tebal di kaki dan ketika kembali ke Bumi, Anda seolah-olah memiliki kaki bayi,” ungkap mantan astronot NASA, Leroy Chiao.
Ruam kulit
Peneliti mendokumentasikan kasus seorang astronot NASA yang menderita ruam serta memiliki kulit sangat peka setelah 340 hari bertugas di luar angkasa.
Gejalanya bertahan selama enam hari setelah mendarat di Bumi dan dapat disembuhkan melalui pengobatan, terapi air, serta pemijatan.
Keadaan tersebut mungkin dikarenakan oleh kurangnya rangsangan pada kulit yang terjadi dalam waktu lama selama satu tahun saat melaksanakan tugas.