Meutya Hafid, Wakil Ketua Umum Partai Golkar, mengungkapkan keberatan terhadap proses pergantian Ketua Umum partai dari satu masa ke masa berikutnya yang selalu terasa kurang dinamis.
Pada momen itu, Meutya berpartisipasi dalam diskusi refleksi akhir tahun 2024 dan perkiraan 2025 di Balai DPP Partai Golongan Karya, bertepatan tanggal 31 Desember.
“Politik Selama ini berlalu lancar, damai, hampir tanpa dinamika, sedikit mungkin ada, tapi itulah Partai Golkar,” kata Meutya saat membuka diskusi.
Termasuk saat prosesi pergantian ketua umum dari masa kepemimpinan Airlangga Hartarto ke masa kepemimpinan Bahlil Lahadalia saat ini.
Menurut Menteri Komunikasi dan Informatika, Bahlil telah ditakdirkan Allah untuk memimpin Partai Golkar pada periode 2024 hingga 2029.
“Tahun ini, ada perubahan pemilihan Ketua Umum Partai Golkar dengan Bapak Bahlil Lahadalia dari timur yang ditunjuk Tuhan menjadi Ketua Umum kami untuk tahun ini dna tiga tahun mendatang,” kata Meutya.
Bahlil Lahadalia ditetapkan sebagai Ketua Umum Partai Golkar setelah terpilih secara aklamasi dalam Musyawarah Nasional (Munas) XI Partai Golkar, Rabu (21/8).
Munas Golkar tahun ini diselenggarakan lebih cepat. Umumnya Munas Golkar dibuka setiap bulan Desember 5 tahun sekali. Salah satu alasan disapanya pelaksanaan Munas Golkar ini adalah mundurnya Airlangga dari posisi ketum Golkar, Minggu (11/8) siang.