Roberto Mancini muncul sebagai favorit utama dalam daftar calon manajer untuk posisi kepelatihan Juventus selanjutnya.
Nama sang ahli strategi militer asal Italia itu beredar di antara calon-calon kapten baru untuk Si Nyonya Tua.
Juventus telah menyusun strategi apabila harus melepaskan posisi Thiago Motta dalam waktu singkat.
Kegagalan berturut-turut dengan skor 0-4 dan 0-3 melawan Atalanta dan Fiorentina menimbulkan peringatan bagi Juventus.
Manajemen Juventus dilaporkan telah memberikan ultimatums kepada Motta untuk tidak gagal lagi di laga pembuka setelah istirahat internasional, Sabtu (29/3/2025).
Gagal meraih kemenangan ketika bertemu dengan Genoa nantinya diperkirakan akan mengakhiri perjalanannya yang singkat sebagai pelatih Juventus.
Tuttosport mengusulkan dugaan jika situasi terburuk mungkin terwujud di akhir bulan ini.
Jika perlu memberhentikan Motta saat musim berlangsung, opsi untuk penggantinya sangat terbatas.
Roberto Mancini dan Igor Tudor muncul sebagai calon utama yang ada di pasaran.
Mancini belum mengasuh tim sejak putus kerjasama dengan tim nasional Arab Saudi pada tanggal 24 Oktober 2024.
Meski begitu, Tudor, yang sebelumnya mengasuh Juventus dari tahun 1998 hingga 2007, sudah tidak melatih Lazio lagi musim kemarin.
La Gazzetta dello Sport menyebutkan pula bahwa Mancini dan Tudor mungkin akan meraih posisi Motta apabila dia di-PHK minggu depan.
Namun, mereka tidak akan merasa cukup hanya sebagai pengurus sementara atau pelatih pengganti.
Sebab itu, diberitakan pula bahawa Juventus sedang mempertimbangkan calon lain untuk menjadi penggerak perubahan besar di musim mendatang.
Selain Mancini, beberapa kandidat populer lainnya adalah Gian Piero Gasperini dari Atalanta, Antonio Conte yang saat ini melatih Napoli, dan Stefano Pioli dari Al Nassr.
Semua ketiga orang tersebut mempunyai hubungan erat sebagaimana mantan pesepak bola atau pelatih dari Juventus dahulu kala.
“Ketika ini hanya Mancini dan Tudor yang menjadi pelatih tanpa ikatan kontrak dan memiliki pengalaman langsung di Serie A,” demikian tertulis dalam laporan dari Tuttosport.
Pilihan lainnya adalah figur caretaker (pelatih tim muda Juventus, Francesco Magnanelli).
“Beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengakhiri persaingan dengan harapan memperoleh hasil terbaik dari pelatih berpotensi yang diyakini mampu meraih sasaran tertentu, yakni minimal menempati posisi ke-empat,” demikian kelanjutan teks tersebut.
Secara semakin meroket di bursa, Roberto Mancini mengantongi jam terbang yang lebih banyak dibandingkan sekian calon lainnya ketika membicarakan tentang pengalaman dan prestasi.
Orang yang berusia 60 tahun itu telah mempersembahkan gelar kepada lima tim unik, yakni Fiorentina (1 kali), Lazio (1 kali), Inter Milan (7 kali), Manchester City (3 kali), dan Galatasaray (1 kali), serta meraih piala sempurna di Kejuaraan Eropa 2020 bersama dengan tim nasional Italia.
Namun, sumber daya terakhirnya dalam merancang strategi cukup rendah tingkat kepercayaannya.
Bersama tim nasional Arab Saudi, perjalanan Mancio hanya mencakup 20 pertandingan, yaitu dari tanggal 27 Agustus 2023 sampai 24 Oktober 2024.
Tim nasional Indonesia menjadi faktor dalam kekalahan Mancini di Arab Saudi.
Dalam pertandingan pembuka Grup C Kualifikasi Piala Dunia 2026, tim yang diasuh oleh Mancini hanya mampu bermain imbang dengan skuad Garuda 1-1 di Jeddah pada bulan September tahun lalu.
Mereka justru tertinggal lebih dulu karena gol Sandy Walsh sebelum dikompensasi oleh Musab Al Juwayir di penghujung paruh pertama.
Hasil itu seolah-olah menjadi kemenangan bagi Arab Saudi yang diharapkan dapat dengan mudah mengalahkan Indonesia.
Akhirnya, kedudukan Mancini menjadi lebih goyah dan urutan prestasi berikutnya pun tak memberi bantuan.
Tim The Green Falcons mengalami kemenangan yang sulit atas China dengan skor 2-1, kemudian dikalahkan oleh Jepang dengan angka 0-2. Akhirnya, pelatih Mancini harus meninggalkan posisinya setelah tim mendapatkan hasil imbang yang dianggap merugikan ketika bermain melawan Bahrain dengan score 0-0.
Juventus perlu meningkatkan kinerja mereka dengan cepat untuk memperbaiki posisi mereka di paruh kedua musim ini.
Thiago Motta telah mengantarkan tim tersingkir dari Piala Super Italia, Liga Champions, serta Coppa Italia.
Target yang masih ada bagi mereka untuk menyelesaikan musim di posisi Liga Champions kini berpotensi menghilang juga.
Juventus terdepil dari posisi keempat klasemen sementara Serie A setelah dikejar oleh Bologna – yang lucunya adalah klub yang dilatih Motta pada musim sebelumnya – dengan selisihan satu poin.