Saratoga Group Gandakan Investasi Data Center, Kolaborasi dengan Digital Realty

Posted on


.CO.ID –


JAKARTA.

Sama-sama Digital Infrastructure Asia (BDIA), kita mendirikan sebuah joint venture (JV) bersama perusahaan pusat data internasional, Digital Realty. Perusahaan gabungan ini disebut Digital Realty Bersama dan memiliki struktur kepemilikan yang sama rata antara kedua pihak, yaitu masing-masing 50%.

Digital Realty Bersama adalah kerjasama strategis antara BDIA dengan Digital Realty yang bertujuan untuk membangun dan menjalankan bisnis pusat data di Indonesia. Perusahaan anak BDIA, yakni Bersama Digital Data Centres (BDDC), akan digabungkan ke dalam joint venture ini.

Berikut ini, para pemilik saham utama BDDC meliputi Provident Capital Partners, PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG), sebuah konsorsium yang diketuai oleh Macquarie Asset Management, dan juga Distro Hub.

Presiden Direktur Digital Realty bersama, Angelo Syailendra, sangat yakin bahwa kedatangan Digital Realty di Indonesia bakal memberi dampak besar pada perkembangan pusat data dan infrastuktur digital. Pasalnya, Digital Realty adalah sebuah perusahaan internasional dengan lebih dari 300 fasilitas pusat data tersebar di lebih dari 25 negara di seluruh dunia.


BDDC Percaya Industri Pusat Data Akan Bertambah Pesat Dengan Demam AI Yang Meningkat

Mengingat catatan kerja serta jaringan yang luas, kemitraan strategis bersama Digital Realty diharapkan akan memberikan dorongan signifikan untuk pertumbuhan bisnis pusat data milik mereka.

“Berbagai alasan menarik telah disebutkan, seperti adanya perusahaan multinasional yang sudah merupakan klien dari Digital Realty dan berniat untuk memasuki pasar di Indonesia,” jelas Angelo saat menghadiri acara konferensi pers pada hari Selasa (18/3).

Kepala Umum wilayah ASEAN di Digital Realty, Alex Teo, menilai bahwa Indonesia memiliki peluang perkembangan yang besar dalam sektor pusat data. Perusahaan bersama ini juga telah siap untuk melakukan perluasan usaha mereka.

“Alex mengatakan bahwa kami sudah memulai proses perencanaan untuk meningkatkan platform pengaturan layanan milik Indonesia Digital Realty,” katanya.

Wakil Presiden Komisaris dari Digital Realty Bersama, Setyanto Hantoro menyebut bahwa organisasi miliknya kini mempunyai dua pusat data dengan kapasitas keseluruhan kurang lebih 6,5 Megawatt (MW). Salah satunya adalah CGK 10 yang terletak di Jakarta Barat, serta CGK 11 berada di Jakarta Pusat. Tiap pusat tersebut masing-masing memiliki daya sebesar 1,5 MW dan 5 MW.

Digital Realty bersama akan mendorong ekspansi dengan meningkatkan kapasitas sampai mencapai 32 MW di CGK 11. Penambahan kapasitas ini direncanakan akan dilaksanakan dalam jangka waktu satu setengah hingga dua tahun mendatang.

Setyanto menyatakan bahwa Digital Realty bersedia melakukan perluasan ke area selain Jakarta jika suatu saat ada permintaan dari para klien.

“Kami akan berada di mana pun pelanggan memerlukan kita. Jika ada permintaan, kami akan mendirikan fasilitas tersebut,” ujar Setyanto.


Menjauhkan Jarak Antara Data Center ke Penyedia ISP, APJII, dan BDDC dalam Meresmikan IIX-JK 2

Setyanto tidak menyebutkan detail tentang jumlah dana investasi yang dialokasikan untuk pengembangan pusat data Digital Realty. Ia hanya menggambarkan bahwa biaya investasi rata-rata untuk pembangunan satu unit dengan kapasitas 1 MW berkisar antara US$ 10 juta hingga US$ 12 juta.

Investasi yang dibutuhkan itu akan terpenuhi melalui gabungan modal sendiri dan utang.

“Hebatnya, para pemegang saham kita yaitu BDIA dan Digital Realty adalah perusahaan terkemuka, sehingga mereka memiliki akses ke dana yang bagus,” ujar Setyanto.

Setyanto sangat yakin bahwa kesempatan untuk mengembangkan bisnis pusat data di Indonesia tetap luas. Ini bisa dilihat dari fakta bahwa sekarang Indonesia baru berada pada tingkat 5 MW per satu juta penduduk. Sementara itu, angka rata-rata di wilayah Asia telah menyentuh 30 MW per satu juta orang.

“Ini berarti, kapasitas (data center) masih dapat berkembang hingga enam kali lebih besar daripada saat ini. Namun, untuk perluasan, kami akan melakukannya secara bertahap karena biaya modalnya cukup tinggi,” jelas Setyanto.