Squid Game Musim 2 merupakan bagian dari serial Drama Korea yang sangat populer, telah menarik perhatian dunia dengan konsep yang penuh ketegangan dan menyentuh isu-isu sosial yang sangat breksi.
Squid Game Musim 2 ini terus melanjutkan cerita yang lebih kompleks dan isyaratkan berbagai makna tentang hidup dan kematian.
Namun, serius ini juga menggali lebih dalam tentang permainan tradisional yang sudah ada dalam budaya Korea.
Menariknya, tema permainan ini dapat dihubungkan dengan banyak film-film di Indonesia yang bertemakan tentang permainan tradisional atau kearifan lokal.
Mengapa Permainan Anak-Anak Menjadi Isu yang Aktual?
Permainan anak-anak umumnya menghimpun nilai-nilai yang mulia dan kebijaksanaan yang telah berlangsung sejak lama.
Mereka tidak hanya tentang bersenang-senang, tetapi juga tentang mengajarkan, bekerja sama, serta mengembangkan sifat baik.
Di konteks ini, musim satu Squid Game telah menampilkan permainan yang berasal dari tradisi Korea, seperti dalgona, bola bondar, dan mau-mau, yang menunjukkan cara-cara lama yang sering diabaikan oleh generasi muda.
Di Indonesia, kita memiliki banyak permainan atau olahraga tradisional yang memiliki nilai daya tarik serupa, dan beberapa film telah mencoba mengangkatnya ke layar lebar, memberikan sentuhan lokal yang relevan. Sayangnya belum ada yang sefokus sembahyah Squid Game.
Film Sejenis di Indonesia: Menemukan Kembali Permainan Tradisional
Kalau kamu sedang mencari film yang xen sempai tentang kebudayaan lokal di Indonesia, ada beberapa pilihan yang menarik. Misalnya, ada film seperti:
* “Ular Putih Melihat Bulan” dan “Mencari Silvana” yang menggabungkan alur klasik dengan unsur tradisional.
* “Permainan yang Kita Main” yang fokus pada permainan tradisional, seperti oni-oni.
Laskar Pelangi (2008)Dalam film ini, permainan tradisional seperti galasin dan petak umpet merupakan bagian integral dari kehidupan sehari-hari anak-anak di Belitung. Meskipun film ini lebih berfokus pada semangat perjuangan hidup, ia juga menyajikan pentingnya permainan sebagai salah satu faktor pembelajaran sosial anak-anak.
Ada Apa Dengan Cinta? (2002)Film bergenre romansa ini memang lebih menitikberatkan pada kisah asmara remaja, namun juga menampilkan konteks sosial remaja, seperti bermain sepak raga di lapangan yang perlamenug diiringi tatasusila persahabatan dan kerja sama, mirip dengan dalam kilas baliknya terjadi permainan tradisional yang menambah watak dalam perkembangan sosialitas.
Keluarga Cemara (2019)Di sini, mainan seperti gasing dan kelereng bukan hanya mengisi waktu luang, tetapi juga menjadi alat untuk mengajarkan nilai-nilai local dan menanamkan pada anak-anak pentingnya keluarga serta nilai moral yang sederhana.
The Raid (2011) adalah sebuah film aksi yang menggunakan pencak silat sebagai elemen penting dari cerita. Film ini memperlihatkan empat tembakan sempurna pencak silat dan menunjukkan bagaimana disiplin dan keberanian dibutuhkan untuk menghadapi bahaya. Meskipun film ini lebih banyak fokus pada aksi dan ketegangan, ia juga mencerminkan semangat perjuagan yang dapat dikaitkan dengan tema Squid Game, yaitu bertahan hidup dalam sistem yang penuh tantangan.
Merantau (2009) juga menggunakan pencak silat sebagai unsur sentral dalam cerita. Film ini tidak hanya dibumbui aksi tetapi juga mengajarkan tentang pencarian jati diri, kebudayaan Minangkabau, dan nilai-nilai keluarga. Hal ini menunjukkan bagaimana pencak silat, seperti permainan tradisional dalam Squid Game, bisa menjadi media untuk menggali dan mengajarkan nilai-nilai kearifan lokal.
Tradisi Kearifan Lokal di Indonesia dan Korea: Meleburkan Budaya dalam Cerita
Selain permainan, “Squid Game” juga membahas tema ketimpangan sosial dan kisah kepribadian perorangan dalam sistem yang tidak adil.
Tema ini sangat relevan dengan banyak film Indonesia yang mengangkat isu serupa, seperti dalam Sang Penari atau The Act of Killing, yang menggambarkan ketidakadilankan sosial dan politik dalam konteks bangsa kami.
Kebudayaan lokal, baik di Indonesia maupun Korea, mempunyai injup yang sama, yaitu penting bahwa pendidikan nilai-nilai melalui media yang dapat dimengerti oleh masyarakat.
Baik lewat permainan tradisional maupun cerita rakyat, kedua budaya ini berdua menunjukkan pentingnya melestarikan tradisi dan nilai-nilai moral dalam menghadapi tantangan zaman.
Inspirasi Dibalik Squid Game
Sutradara dan penulis naskah Squid Game, Hwang Dong-hyuk, mengatakan bahwa inspirasi dari serial ini datang dari pengalamannya sendiri saat mengalami keterBatasan keuangan di masa mudanya.
Ia ingin menggambarkan pengalaman ketimpangan sosial yang dialami banyak orang secara langsung dalam masyarakat modern, yang terseret dalam sebuah permainan kehidupan yang penuh tekanan dan ketidakpastian.
Selain itu, permainan ini juga mencerminkan pengaruh dari permainan tradisional Korea yang populer di kalangan anak-anak yang kini agak menjadi terlupakan.
Hwang ingin menciptakan permainan tersebut dalam nuansa yang lebih gelap dan penuh makna.
Menurut Hwang, serial ini juga dipengaruhi oleh beberapa film seperti Battle Royale (2000) dan The Hunger Games yang menyampaikan tema yang mirip tentang kompetisi yang ekstrem di tengah situasi yang membahayakan.
Namun, Squid Game menambahkan dimensi kearifan lokal dan sosial yang lebih dalam dengan menggunakan permainan tradisional Korea sebagai wawasan tentang kehidupan yang penuh tantangan.
Melalui Squid Game Season 2 dan film-film Indonesia tentang permainan anak-anak atau kearifan lokal, kita lihat bagaimana tradisi kebudayaan dapat membangun karakter dan menguatkan ikatan solidaritas di kalangan masyarakat.
Film tidak hanya merupakan hiburan ringan, tetapi juga medium yang kuat untuk mengingatkan kita akan pentingnya menghargai warisan budaya, baik itu melalui permainan, tembang-tembang suku, cerita rakyat, atau nilai-nilai moral yang terkandung di dalamnya.
Dengan mengambil inspirasi dari permainan anak-anak seperti dalam Squid Game Season 2, kita bisa lebih menghargai kearifan lokal yang milik kita, sebagai salah satu cara untuk menghubungkan generasi muda dengan tradisi dan nila-nilai luhur yang telah ada turun-temurun.***